YES PORTAL Prayer : Jumat, pkl.19.00 Jl. Merdeka No.51, Tangerang
YES PORTAL : Sabtu, pkl.18.00 Jl. Merdeka No.51, Tangerang

Senin, 24 Mei 2010

SUPERHERO

Tanggal: Senin, 24 Mei 2010
Bacaan: Kejadian 50:22-26
Setahun: 1 Tawarikh 22-24; Yohanes 8:28-59
Nas: Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan
kamu dan membawa kamu ke negeri yang telah dijanjikan-Nya
(Kejadian 50:24)

Judul:
"SUPERHERO"

Seorang anak autis naik ke puncak gedung berlantai tiga di Thailand.
Ibunya panik saat ia berdiri di atas pagar pembatas. Nyaris
terjatuh. Makin didekati, ia makin menjauh. Tiba-tiba ibunya ingat
bahwa anak itu menyukai tokoh Spiderman. Maka, dimintanya petugas
pemadam kebakaran mendekatinya dengan memakai kostum superhero itu.
Hasilnya? Begitu "Spiderman" muncul memanggil namanya, si anak
mendekat. Ia merasa aman dan bangga dilindungi "Spiderman",
superhero andalannya.

Ketika Yusuf memerintah sebagai Raja Mesir, ia menjadi superhero
bagi sanak keluarganya. Di bawah kuasanya, mereka bisa menikmati
hidup makmur di Mesir. Padahal mereka berstatus orang asing. Tidak
ada penduduk Mesir berani protes. Namun, kuasa Yusuf tidak kekal. Ia
bukan superhero sejati. Di usia ke-110, ia sadar ajalnya hampir
sampai. Maka, Yusuf mengingatkan saudara-saudaranya agar tidak
mengandalkan dirinya. "Aku akan mati," jelasnya, "Allahlah yang akan
memperhatikan dan membawamu ke negeri Perjanjian." Hanya Allah
Superhero sejati. Kepada-Nyalah keluarga Yusuf harus menaruh
harapan.

Banyak orang mencari superhero. Anak mendambakan figur ayah yang
kuat. Perempuan mencari suami yang bisa melindungi. Pengusaha
mencari orang kuat untuk menjaga usahanya. Rakyat mencari pemimpin
yang bisa menjamin keamanan dan kemakmuran. Jika Anda menjadikan
orang lain atau diri sendiri sebagai superhero, berhati-hatilah!
Anda pasti kecewa, sebab tak ada orang yang serbabisa. Tak seorang
pun bisa menjadi superhero asli! Lebih baik andalkan Tuhan, Sang
Superhero sejati --JTI

MANUSIA TERHEBAT SEKALIPUN PUNYA KETIDAKMAMPUAN
MAKA JANGAN JADIKAN MEREKA TUHAN


e-RH Situs: http://renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-05-24
e-RH arsip web: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2010/05/24/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Kejadian+50:22-26

Kejadian 50:22-26

22 Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum
keluarganya; dan Yusuf hidup seratus sepuluh tahun.
23 Jadi Yusuf sempat melihat anak cucu Efraim sampai keturunan yang
ketiga; juga anak-anak Makhir, anak Manasye, lahir di pangkuan
Yusuf.
24 Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: "Tidak lama lagi aku
akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu
keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya
dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub."
25 Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: "Tentu
Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa
tulang-tulangku dari sini."
26 Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya
dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir.

Selengkapnya....

Kamis, 20 Mei 2010

KERANGKA YANG HIDUP LAGI

Tanggal: Kamis, 20 Mei 2010
Bacaan: Yehezkiel 37:1-14
Setahun: 1 Tawarikh 10-12; Yohanes 6:45-71
Nas: Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam
batinmu (Yehezkiel 36:26)

Judul:
"KERANGKA YANG HIDUP LAGI"

Kepada Yehezkiel, nabi Allah pada masa pembuangan ke Babel, Tuhan
memberi penglihatan penting. Ia dibawa ke lembah yang penuh tulang
belulang kering. Tiba-tiba saja, tulang belulang itu bergerak-gerak.
Apa yang terjadi? Tulang-tulang itu menyatu, membentuk kerangka-
kerangka manusia. Jaringan tubuh dan urat-urat mereka terbentuk
lagi, kulit baru pun menutup tubuh mereka lagi. Dan dengan paru-paru
yang kembali terisi oksigen, mayat-mayat itu bangkit lagi.

"Tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel," kata Tuhan (ayat
11). Ketika itu Israel ada dalam pembuangan yang pahit di Babel.
Mereka tercerai berai. Kota mereka tinggal reruntuhan. Seolah-olah
tak ada harapan bangsa mereka dapat pulih lagi. Namun penglihatan
kepada Yehezkiel, memberi pengharapan akan pemulihan. Yakni, bahwa
Tuhan tidak selamanya menghukum. Allah menghukum agar Israel
bertobat. Namun, Dia tidak berhenti mengasihi mereka. Dan ketika
Israel mau berpaling kembali serta memperbarui hati dan hidup mereka
(36:26,27), Tuhan dapat memulihkan keadaan mereka (39:27)!

Mungkin Indonesia tak seterpuruk Israel saat itu. Namun, barangkali
ada aspek-aspek kehidupan yang seolah-olah tak dapat dipulihkan
lagi. Seperti tulang yang sudah mengering. Walau demikian, Tuhan
menunjukkan sekali lagi bahwa tak ada yang mustahil bagi-Nya. Selalu
ada pengharapan dalam Dia, yang tidak berhenti mengasihi. Bangsa
kita pun dapat kembali mengalami pemulihan dan kebangkitan secara
nasional. Yakni, ketika kita sebagai umat-Nya, menjadi agen
perubahan yang menularkan pertobatan di berbagai aspek kehidupan --
AW

KEBANGKITAN BARU AKAN TERJADI DI NUSANTARA
KETIKA UMAT-NYA KEMBALI MEMILIKI HATI YANG TAAT

Selengkapnya....

Rabu, 19 Mei 2010

MEMBERI DENGAN SENGAJA

Tanggal: Rabu, 19 Mei 2010
Bacaan: Imamat 19:9,10
Setahun: 1 Tawarikh 7-9; Yohanes 6:22-24
Nas: Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit
ladangmu habis-habis sampai ke tepinya (Imamat 19:9)

Judul:
"MEMBERI DENGAN SENGAJA"

Banyak orang di sekitar kita adalah orang miskin. Data pemerintah
mencatat, jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 50 juta orang.
Meski demikian, Bank Dunia memperkirakan, setengah penduduk
Indonesia ada di bawah garis kemiskinan. Selain itu semakin banyak
pula fakta tentang betapa sulitnya orang sengaja memberi pada orang
miskin.

Sejak dulu, sebagaimana Alkitab mencatat, bahkan sampai sekarang,
kemiskinan seolah-olah selalu ada di sepanjang sejarah umat manusia.
Dalam kondisi demikian, Tuhan mengajar umat Israel untuk dengan
sengaja menyisihkan pemberian bagi mereka yang miskin. Caranya,
setiap kali panen, mereka tak boleh membiarkan ladang mereka dipanen
habis hingga tak ada yang tertinggal. Dia memerintahkan supaya ada
sisa, yang bisa dipungut orang miskin atau orang asing (ayat 10).

Memberi dengan sengaja, yang ditujukan untuk membantu orang miskin,
sangat penting diperhatikan oleh anak Tuhan. Banyak orang semakin
miskin bukan karena tidak melakukan apa-apa, melainkan karena
semakin banyak orang tidak peduli pada hidup mereka. Kita harus
peduli pada sesama yang berkekurangan, karena Tuhan mengajarkan
bahwa kita hidup tidak hanya untuk kita sendiri, tetapi juga untuk
memikirkan kebutuhan orang lain.

Prinsip memberi seperti orang Israel bisa dilakukan siapa saja.
Petani bisa menyisihkan sekaleng kecil hasil panen. Pedagang bisa
mengambil sebagian dari keuntungan hariannya. Mahasiswa bisa
menyisihkan sebagian uang saku hariannya. Jika setiap orang
melakukannya, alangkah besar hasilnya, yang bisa diberikan kepada
orang-orang miskin di sekitar kita. Mari melakukannya --FZ

TUHAN TAK MEMINTA KITA SELALU MEMBERI BESAR
TUHAN INGIN KITA MEMILIKI HATI BESAR UNTUK MEMBERI

Selengkapnya....

Selasa, 18 Mei 2010

OBAT BIUS

Tanggal: Selasa, 18 Mei 2010
Bacaan: Yakobus 3:1-12
Setahun: 1 Tawarikh 4-6; Yohanes 6:1-21
Nas: Dengan lidah kita memuji Tuhan dan Bapa kita; dan dengan lidah
kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari
mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-
saudaraku, tidak boleh terjadi (Yakobus 3:9,10)

Judul:
"OBAT BIUS"

Konotasi yang melekat pada kata "obat bius" saat ini cenderung
negatif. Narkoba, obat terlarang, madat, adalah sebagian istilah
yang terpikir ketika mendengar kata tersebut. Ini tidak
mengherankan, mengingat begitu meluasnya penyalahgunaan obat bius di
masyarakat kita. Namun, obat bius juga merupakan salah satu obat
paling penting dalam dunia kedokteran. Bayangkan bagaimana rasanya
kalau kita harus dioperasi tanpa terlebih dulu menerima obat bius.
Tubuh kita dibedah dan kita harus merasakan semua sakitnya!

Sama seperti obat bius, ada banyak hal di dunia ini yang berpotensi
besar untuk menghasilkan hal-hal baik, tetapi juga dapat dengan
mudah disalahgunakan untuk hal-hal yang merusak. Lidah kita adalah
salah satu contohnya. Lidah kita dapat dipakai untuk hal-hal yang
indah seperti memuji Tuhan. Namun, lidah juga dapat dipakai untuk
melakukan hal-hal mengerikan seperti mengutuk orang lain. Yakobus
memperingatkan kita agar menjaga lidah. Agar hanya dipakai untuk
menghasilkan hal-hal baik.

Selain lidah kita, harta, kekuasaan, kepintaran, prestasi,
pengalaman, dan begitu banyak hal lain dalam hidup kita juga
berpotensi untuk membangun atau merusak. Harta kita bisa dipakai
untuk menolong orang lain atau untuk memuaskan keserakahan kita,
memiskinkan banyak orang. Kekuasaan kita bisa dipakai untuk membela
orang-orang yang lemah atau untuk menindas mereka demi mendapat
keuntungan sendiri. Keputusannya ada di tangan kita. Pilihlah dengan
bijak. Yaitu, untuk mendatangkan kebaikan, menjadi berkat bagi
banyak orang --ALS

HIDUP KITA DAPAT DIPAKAI UNTUK MEMBANGUN ATAU MERUSAK
PASTIKAN KITA MEMILIH YANG TEPAT

Selengkapnya....

Senin, 17 Mei 2010

MENIKMATI PEKERJAAN

Tanggal: Senin, 17 Mei 2010
Bacaan: Pengkhotbah 9:7-10
Setahun: 1 Tawarikh 1-3; Yohanes 5:25-47
Nas: Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan,
kerjakanlah itu sekuat tenaga (Pengkhotbah 9:10)

Judul:
"MENIKMATI PEKERJAAN"

Setiap hari, seorang ibu tua menyapu jalan. Dengan seragam lusuh dan
sapu di tangan, dibersihkannya pinggiran jalan berkali-kali. Orang
yang lalu lalang di sana sulit menemukan debu atau daun kering.
Bersih sekali. Walau digaji minim, si ibu bekerja sepenuh hati.
"Saya suka melihat jalanan bersih," katanya, "Senang rasanya melihat
orang merasa nyaman lewat jalan itu!" Ia menemukan kesukaan bekerja,
bukan hanya karena mendapat gaji. Ia sadar pekerjaan itu membuatnya
bisa berkarya bagi sesama.

Banyak orang tidak menyukai pekerjaannya. Waktu bekerja delapan jam
sehari terasa berat karena melakukan tugas yang membosankan.
Pengkhotbah mengajak kita melihat sisi positif dari bekerja. Walau
membosankan, pekerjaan memberi kita upah. Dengan itu kita bisa makan
dan minum (ayat 7), punya pakaian bersih (ayat 8), serta mencukupi
biaya rumah tangga (ayat 9). Upah bekerja memberi kita harga diri
karena bisa mencukupi diri sendiri, tidak bergantung pada orang
lain. Di atas semua itu, bekerja adalah sebuah kesempatan. Orang
mati tak lagi bisa bekerja (ayat 10). Mumpung masih kuat dan sehat,
inilah saatnya berkarya. Pengkhotbah mengajak kita bekerja sekuat
tenaga. Apa pun pekerjaan kita, nikmatilah sama seperti menikmati
makanan dan minuman.

Apakah Anda punya pekerjaan yang halal? Bersyukurlah dan nikmatilah!
Pekerjaan Anda mungkin tidak sesuai dengan keinginan Anda. Namun,
itu tak jadi soal. Ketika bekerja sekuat tenaga dan dengan sepenuh
hati, Anda akan menemukan kepuasan. Bahkan, merasa mantap sebab
bisa menjadi orang yang bertanggung jawab --JTI

CIPTAKAN KETERBEBANAN SAAT BEKERJA
ANDA AKAN BEKERJA KERAS TANPA MERASA DIBEBANI

Selengkapnya....

Sabtu, 15 Mei 2010

Posisi Terakhir

Tanggal: Sabtu, 15 Mei 2010
Bacaan: Lukas 24:50-53
Setahun: 2 Raja-raja 22-23; Yohanes 4:31-54
Nas: Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
    dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
    melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
    Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman
    (Matius 28:19,20)

Judul:
                          "POSISI TERAKHIR"

  Ketika orang berpisah, posisi terakhir menjadi sangat bermakna. Baik
  posisi lokasi maupun sikap tubuh. Seperti kata lagu kenangan tahun
  1970-an, Berpisah di Teras St. Carolus. Ada perpisahan di bandara
  diiringi pelukan dan isak-tangis. Ada perpisahan di restoran
  diwarnai pesta dan gelak tawa. Ada perpisahan di gedung pertemuan
  dipenuhi cinderamata dan kata-kata perpisahan. Ada perpisahan di
  rumah sakit dalam suasana ikhlas dan doa penyerahan. Posisi terakhir
  menjadi bekal selanjutnya bagi pihak-pihak yang berpisah. Itulah
  maknanya.

  Bagaimana posisi terakhir Yesus saat berpisah dengan murid-murid
  sebelum naik ke surga? Lokasinya di luar kota Yerusalem, dekat
  Betania. Diduga kuat, di Bukit Zaitun. Bagi Yesus dan para murid,
  bukit adalah tempat pengajaran dan pewahyuan. Perpisahan di bukit
  menjadi tanda pengutusan bagi mereka untuk mengajar tentang Yesus.
  Sikap tubuh Yesus di posisi terakhir adalah "mengangkat tangan dan
  memberkati mereka". Dalam penugasan itu, mereka diberkati! Tangan
  Yesus yang memberkati, menjadi bekal mereka. Sebuah jaminan
  penyertaan kekal!

  "Tangan Yesus yang sedang memberkati" itu berlaku bagi kita juga.
  Sampai Dia datang kembali di awan-awan (Kisah Para Rasul 1:11). Jika
  dalam hidup kita yang terasa adalah "tangan-tangan" yang menekan,
  yang teracung menuding, yang meninju dari belakang, yang menampar
  dengan hinaan, yang membelenggu dan melempar sampah kepedihan;
  ingatlah, itu bukan untuk seterusnya! Sebaliknya, "tangan" yang
  menyertai kita sampai kesudahan adalah "tangan Yesus" yang
  memberkati. Hitung berkat Anda. Jadikan itu bekal keyakinan dan
  kekuatan dalam menjalani hidup ini --PAD

            SAAT KAULIHAT TANGAN-TANGAN MENINDIH BERAT
      PANDANGLAH "TANGAN YESUS" YANG SEDANG MEMBERI BERKAT

Selengkapnya....

Rabu, 12 Mei 2010

JANGAN MARAH

Tanggal: Rabu, 12 Mei 2010
Bacaan: Mazmur 37:1-20
Setahun: 2 Raja-raja15-16; Yohanes 3:1-18
Nas: Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan
marah, itu hanya membawa kepada kejahatan (Mazmur 37:8)

Judul:
"JANGAN MARAH"

Pernahkah Anda melihat anak nelayan memancing kepiting? Mereka
mengikatkan tali di sebatang bambu. Ujungnya diikatkan pada batu
kecil. Lalu bambu itu diayun ke arah kepiting yang diincar, dan
disentak-sentakkan agar kepiting itu marah. Begitu si kepiting
marah, ia akan mencengkeram batu kecil itu dengan kuat dan
terjeratlah ia karena kemarahannya!

Karena adanya akibat serupa dengan gambaran di atas, itulah sebabnya
amarah anak Tuhan tidak boleh terpancing melihat orang jahat. Tiga
kali pemazmur menasihati para pembacanya agar jangan marah kepada
orang yang berbuat jahat (ayat 1,7,8). Alasannya, itu hanya akan
membawa kita pada kejahatan. Emosi tinggi bisa membuat kita berbuat
sesuatu yang berakibat buruk. Misalnya karena ingin melampiaskan
kemarahan, kita justru menyakiti orang lain_fisik atau perasaan.
Bahkan, sekalipun kemarahan itu beralasan! Anak Tuhan bisa menjadi
marah atau iri hati terhadap orang jahat, yang bebas berbuat jahat,
tetapi seolah-olah hidup mereka tetap aman dan terlindungi dari
murka Allah. Seakan-akan Allah tidak adil. Sepertinya Dia membiarkan
saja jika orang benar lebih kerap bermasalah dibanding orang jahat.
Benarkah?

Jika kita harus menyaksikan kefasikan merajalela dan anak Tuhan tak
bisa berbuat apa-apa, kita harus meneguhkan hati untuk tidak marah.
Ya, marah kepada orang fasik hanya membuat kita masuk ke dalam
pancingan mereka. Dan kemarahan yang tak terkendali justru akan
menjerat pelakunya ke dalam dosa. Ingat saja kata pemazmur. Orang
fasik takkan bertahan lama dalam keberdosaan, kejahatan mereka akan
terbongkar. Tuhan selalu adil. Dia tidak menutup mata atas
kefasikan --ENO

KEBERUNTUNGAN ORANG FASIK HANYA SEMENTARA
KEBERUNTUNGAN ORANG BENAR SUNGGUH TAK TERKIRA

Selengkapnya....